Masalah perekonomian di Indonesia seringkali diberitakan memburuk. Karenanya, seringkali kita berfikir kenapa Indonesia tidak mencetak uang yang banyak agar bisa memenuhi kebutuhan seperti membayar semua hutang dan membiayai negara secara menyeluruh, juga agar Indonesia terbebas dari kemiskinan?
Tapi ternyata, mencetak uang sebanyak-banyaknya bukanlah solusi untuk mengatasi perekonomian Indonesia. Kenapa? tanyamu.
Yuk baca kisah paman Gober berikut ini:
Paman Gober sedang mencangkul di kebunnya, sedang Donal dan keponakannya bekerja menyiangi gulma di perkebunan sayur, milik Paman Gober juga. Paman Gober ini pelit sekali, walau sudah kaya, masih mau bekerja.
Saat bekerja, tiba- tiba mereka mendengar sesuatu, gemuruh ! Mereka mendongak dan melihat tornado menggulung gudang uang Paman Gober, mengangkat isinya di angkasa Kota Bebek. Dalam hitungan detik, berhamburanlah seluruh isi gudang, dan terjadilah hujan uang di Kota Bebek.
“Aku kaya,” orang- orang di Kota Bebek menangis kegirangan, mereka berebut memungut uang yang berjatuhan dari langit. “Aku tidak akan pernah mau bekerja lagi!” Donald dan keponakannya, meninggalkan kebun sayur untuk mengejar bagiannya.
“Hmmm”, gumam Gober, yang terus mencangkul di kebunnya, “Mereka akan kembali.”
Orang-orang berbondong- bondong meninggalkan pekerjaan mereka dan buru-buru berbelanja, untuk menikmati kekayaan baru mereka. Satu ke showroom untuk membeli mobil baru. “Saya tidak perlu menjual mobil lagi,” teriak si penjual ke para pembelinya, “Aku sudah kaya!”
Lainnya berbaris di stasiun kereta api untuk pergi pada liburan impian mereka. (Ini masih tahun 1950-an ) Tapi kereta tidak berjalan, semua pekerja perusahaan kereta api memberhentikan diri. Dan mengapa mereka harus bekerja lagi ? Para karyawan pekerja perusahaan kereta api sudah kaya, mereka sudah punya banyak uang mendadak. Mereka tidak merasa perlu bekerja lagi.
“Hmmm”, gumam Gober, yang terus mencangkul.
Segera toko kosong dan orang-orang yang berkeliaran di jalanan dengan jutaan dolar di saku mereka dan terlihat bingung di wajah mereka. Donal dan keponakannya kembali ke peternakan, lapar dan kecewa, mereka mengambil cangkul yang mereka tinggalkan.
Selang beberapa hari kemudian rumor mulai muncul lewat kerumunan. “Ada sebuah peternakan di pinggir Kota Bebek yang masih tumbuh makanan!”
“Bersiaplah,” Gober memperingatkan keponakannya.
Ratusan orang berbaris di peternakan, uang mengepal di tangan mereka, berdiri di depan tanda yang menyatakan (tahun 1950-an dolar) “semangka @ $ 100,” “Wortel $ 75 per tandan,” “Telur 1 dus @ $ 50”.
Akhirnya, semua kembali normal. Orang-orang dari Kota Bebek kembali ke pekerjaan dan isi Gudang Uang Paman Gober kembali.
Menarik bukan nasehat kekayaan dari Paman Gober?
Tak sekedar cerita, uang menjadi kurang berharga pernah terjadi di dunia nyata. Dikutip dari merdeka.com harga untuk 1 telur di zimbabwe pernah menembus angka 1 milyar loh.
Mata uang Zimbabwe menjadi tidak bernilai karena bank sentral Zimbabwe terus mencetak uang untuk menutupi defisit anggaran yang mendalam. Akibatnya Inflasi, USD 1 setara dengan 35.000 triliun dolar Zimbabwe.